Senin, 14 Desember 2015

Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia - Tepok sana, tepok sini, semprot sana, semprot sini, serta tidak tahu udah berapakah bungkus lotion anti nyamuk disapukan ke sisi badan akan tetapi nyamuk masihlah saja menggerumuni. Bertahun-tahun berharap terdapatnya " fogging " atau pengasapan faedah membasmi nyamuk berjalan ditempat Penulis tinggal cuma isapan jempol semata. Gak disanggah juga realita yg berjalan banyak nyamuk diakibatkan mampetnya saluran air dikarenakan sampah-sampah hasil limbah rumah tangga maka jadi sarang nyamuk, walau udah ada tempatnya serta petugas yg teratur mengambil sampah konsisten saja sampah bermunculan di selokan. Di satu segi benar bahwa dalam persoalan banyak nyamuk ini deskripsi warga dalam buang sampah asal-asalan seperti budaya yg sukar di hilangkan, dengan seenaknya buang sampah ke selokan tanpa ada peduli resiko panjang efek tingkah lakunya itu.

Akan tetapi disisi lain malahan jadi pertanyaan buat Penulis, apakah jadi tanggungjawab warga semuanya dan disetiap hunian ada aparatur pemerintah yg selayaknya perhatian dengan lingkungan sekitarnya? Minta maaf diawal mulanya andaikan terdapatnya petugas RT, RW, Lurah, sampai Camat duganya berlainan sekali kelihatan perannya pada lingkungan, kesemuanya kelihatan repot dengan hidupnya semasing serta kurang peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Duganya jangan sampai berharap ide tahunan yg cuma jadi lembaran rutinitas dikarenakan sebetulnya dari demikian banyak ide yg di buat cuma projek yg uangnya besar saja yg terealisasi jadi objekan.

Dan fogging baru terealisasi itupun apabila ada warga yg terserang demam berdarah, sepanjang ga ada yg mengenai fogging lantas tdk pernah dilaksanakan. Inilah yg kerap kali dilupakan oleh warga teristimewa warga di DKI Jakarta, konsentrasi warga DKI Jakarta seperti cuma tertuju terhadap Gubernur-nya seseorang di mana didesak utk menanggulangi banjir, menanggulangi kemacetan, serta semua tetek bengek masalah Jakarta yg menjelma seperti lingkaran setan. Anehnya ga ada yg samasekali dapat kemampuan amburadulnya banyak aparatur pemerintah di bawah sang Gubernur yg udah beberapa kali berpindah akan tetapi mutu aparatur pemerintahnya sendiri ga ada perbaikan. Kesan bekerja cuma apabila Bos-nya datang (sidak) serta cerminan apabila Bos bahagia jadi deskripsi mirisnya mutu aparatur pemerintahan yg dipunyai sekarang di mana acuh pada warganya juga tdk peduli pada lingkungan sekitarnya.

Andaikan Jakarta dihadapkan oleh masalah ini senantiasa jadi jangan sampai harapkan terdapatnya perbaikan mutu mutu kehidupan warga DKI Jakarta, jangankan mengatur lingkupnya yg besar mengatur nyamuk saja mereka tdk dapat. Demikianlah artikel Penulis, minta maaf bilamana ada kekurangan disebabkan kekurangan punya Penulis pribadi. Terima kasih.